penyakit tonsilo faringitis
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian
Tonsilofaringitsadalah peradangan pada tongsil dan faring yang masih bersifat ringan radang
faring pada anak hampir selalu melibatakan organ disekitarnya sehinggga infeksi
pada faring biasanya juga mengenal tongsil. Sehingga disebut sebagai
tongsilofaringitis akut (Suriadi, 2004)
Tonsilitisadalah suatu peradangan padahasil tonsil (amandel), yang sangatseringditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).
Tonsilitis akut
adalah radang
akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2005).
B. Penyebab
Menurut Suriadi (2004) Penyebab tonsilofaringitis
bermacam-macam, yakni sebagai berikut :
1.
Streptokokus
pyogenesis
Bakteri gram psotif bentuk pudar yang
tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus gram A
penyakit penting manusia berkisar dari infeksi
khasnya bermula ditenggorokan dan kulit.
2.
Streptokokus
viridians
Kelompok besar bakteri streptokokuskomensial yang baik a-hemolitik, mengahasilkan warna hijau pekat pada darah.
3.
Streptokukus
Beta Hemalitikus
Bakateri gram positif yang dapat berkembang
baik tenggorakan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
4.
Virus
influenza
Virus
RNA dari family orthomyxo viridae (virus influenza).Virus ini ditularkan dengan
medium udara melalui bersin pada manusia.
C. Tanda dan gejala
Menurut Megantara, Imam (2006) tanda dan
gejala tonsilofaringitis berupa nyeri
tenggorokan (yang semakin parah jika
penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan
telinga
memiliki persyarafan yang sama). Tanda dan gejala tonsilo faringitis yang lain sebagai berikut :
1.
Edema
faring
2.
Faring
hiperemis
3.
Kelenjar
limfa leher membeka
4.
Anoreksia
5.
Mual
6.
Muntah
7.
Demam
8.
Sulit
menelan
9.
Nyeri
telan
10. Nyeri tenggorokan
11. Mulut berbau
12. Malaise
13. Otalgia (sakit telingga)
14. Pembesaran tonsil
15. Tonsil hyperemia
D.
Patofisiologi
Menurut Iskandar N (2005), patofisiologi tonsillitis
merupakan terjadi karena
bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas.
Dan akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar
dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar
ditelingga.
E. Pathways
Menyebar
melalui sistem limfa
Hipertemi
|
Nyeri
akut
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
Resiko kekurangan volume cairan
|
F. Komplikasi
Terjadi
diatas tonsil dalam
jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah
infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A.
Infeksi
dapat menyebar ke telinga tengah melalui
tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitismedia
yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
G.
Penatalaksanaan
Menurut
Firman S, (2006) penatalaksanan tonsillitis sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan
tonsilitis akut
a. Antibiotik
golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
b. Antibiotik
yang adekuat untukmencegah
infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangiedema
pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien
diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu
atau sampai
hasil usapan tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian
antipiretik.
2. Penatalaksanaan
tonsilitis kronik
b. Terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
3.
Penatalaksanaan
dengan cara perawatan
a.
Kompres
dengan air hangat
b.
Istirahat
yang cukup
c.
Pemberian
cairan yang adekuat, perbanyak minum hangat
d.
Kumur
dengan air hangat
e.
Pemeberian
diet cair atau lunak sesuai kondisi pasien.
H. Pengkajian fokus
1.
Keluhan
Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2.
riwayat
penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi
dll
3.
Riwayat
Kesehatan Lalu
riwayat kelahiran
riwayat kelahiran
4.
Riwayat
Imunisasi
penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
5.
pengkajian
umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
6.
Pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
7.
Nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
8.
Aktifitas
/ Istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
9.
Keamanan
/ Kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi
kecemasan anak terhadap hospitalisasi
I. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2009-2011), diagnosa
tonsilofaringitis terdapat 4, anatara lain:
1.
Nyeri akut
berhubungan dengan pembesaran tonsil.
2.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output
berlebihan.
3.
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada
tonsil.
4.
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan serta mengabsorsi
zat-zat gizi.
J. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran tonsil.
Batas
karakteristik :
a. Laporan secara verbal atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic
untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capak, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit penurunan persepsi waktu kerusakan
proses berpikir, penurunan dengan orang lain dan
lingkungan)
j. Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
k. Respon
autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dilatasi pupil).
l. Perubahan autonomic dalam tonus (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif contoh gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang / berkeluh kesah.
n. Perubahan
dalam nafsu makan dan minum.
Tujuan :Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam nyeri berkurang dengan
Kriteria hasil
:
a. Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang (menunjukan
ekspresi wajah rileks)
b. Pasien melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
c. Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi
untuk mengurangi nyeri.
Intervensi :
a.
Pantau
nyeri pasien (skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
Rasional : untuk
mengetahui skla nyeri pasien.
b.
Kaji
tanda-tanda vital
Rasional : untuk
mengetahui kondisi pasien.
c.
Berikan
posisi yang nyaman
Rasional : untuk
memberikan posisi yang nyaman.
d.
Berikan
tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya
pelan – pelan melalui mulut
Rasional : untuk
mngalihkan rasa nyeri.
e.
Berikan
tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
Rasional : untuk
mengalihkan rasa nyeri.
f.
Kolaborasi
pemberian analgetik
Rasional : untuk
mempercepat penyembuhan.
2. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output berlebihan.
Batas
Karakteristik :
a.
Kelemahan
b.
Haus
c.
Penurunan turgor kulit
d.
Membran mucus/kulit kering
e.
tekanan darah menurun,tekanan nadi
menurun
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 X 24 jam volume cairan dan elektrolit adekuat /
seimbang.
Kriteria hasil :
a.
Tekanan darah dalam batas normal
b.
Membran mukosa lembab
c.
Turgor kulit normal
d.
Berat badan stabil dan dalam batas
normal
e.
Kelopak mata tidak cekung
f.
Urin out put normal
g.
Tidak demam
h.
tidak ada rasa haus yang sangat
Intervensi
:
a.
Tentukan faktor resiko yang
meyebabkan
Rasional :mengidentifikasi kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan.
b.
Menimbang berat badan
Rasional : untuk mengetahui berat
badan yang ideal.
c.
Monitor tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan
pasien.
d.
Monitor intake dan output
Rasional : untuk mengetahui intake
dan output apakah normal apa tidak.
e.
Periksa serum, elektrolit.
Rasional :mengidentifikasi kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan.
f.
Monitor membrane mukosa, turgor
kulit dan rasa haus
Rasional : untuk mengetahui kondisi
pasien dan seberapa tinggat dehidrasi.
g.
Berikan obat sesuai dengan advis
dokter.
Rasional : untuk mempercepat
penyembuhan.
3.
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada
tonsil
Batasan karakteristik
:
a. Suhu tubuh tinggi, 38 - 40 derajat
b. Kejang
c. Respirasi
meningkat
d. Diraba hangat dan Kulit memerah
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan 2 x 24 jam suhu badan
pasien normal.
Kriteria hasil :
a. Suhu badan 35,9°C-37,7°C
b. Tidak ada sakit kepala
c. Tidak ada nyeri otot
d. Tidak ada perubahan warna kulit
e. Nadi, respirasi dalam batas normal.
f. Pasien menyatakan nyaman (tidak rewel)
g. Tidak menggigil
Intervensi
:
a.
Pantau
suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak.
Rasional : untuk
mengetahui derajat suhu tubuh anak, tinggi apa tidak.
b.
Pantau
suhu lingkungan
Rasional ; untuk
mempertahankan suhu lingkungan.
c.
Berikan
kompres hangat
Rasional : untuk menurukan
suhu tubuh pasien.
d.
Berikan
cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
Rasional : untuk mencegah
terjadinya hidrasi.
e.
Kolaborasi
pemberian antipiretik
Rasional : untuk menurunkan suhu
tubuh.
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan serta mengabsorsi zat-zat gizi.
Karakteristik
:
a. Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal
b. Membrana mukosa dan konjungtiva pucat
c. Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah.
d. Luka, inflamasi pada rongga mulut
e. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan.
f. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
g. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
h. Kehilangan BB dengan makanan cukup
i. Kurang berminat terhadap makanan
Tujuan :Setelah
dilakukan tindakan ke-perawatan
selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
dengan.
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi
d. Tidak
ada tanda-tanda mal nutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti.
Intervensi :
a.
Kaji
conjungtiva, sclera, turgor kulit
Rasional : untuk
mengetahui seberapa besar terjadinya perubahan nutrisi.
b.
Timbang
berat badan tiap hari.
Rasional ; untuk
mengetahui berat badan ideal.
c.
Berikan
makanan dalam keadaan hangat
Rasional : untuk
memperbaiki nutrisi.
d.
Berikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering sajikan makanan dalam bentuk yang
menarik.
Rasional : untuk menarik
nafsu makan anak.
e.
Kolaborasi
pemberian vitamin penambah nafsu makan.
Rasional : untuk
memperbaiki nutrisi anak.
No comments:
Post a Comment