materi Artritis reumatoid terlengkap dan ter komplit
TINJAUAN PUSTAKA
A. REMATIK
1.
Pengertian
Artritis reumatoid
merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya,
diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Kusharyadi, 2010)
Artritis reumatoid adalah
penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan terutama menyerang persendian,
otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada disekitarnya. (Kowalak, 2011)
Arthritis Rematoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progesif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan
lunak . AR adalah suatu penyakit autoimun
dimana secara simetris, persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan
kerap kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik AR
adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya
menyerang sendi –sendi perifer dengan penyebaran yang simetris. (Iskandar,Junaidi,2013)
2.
Penyebab
Penyebab arthritis rheumatoid belum diketahui dengan
pasti, ada yangmengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun,
semuanya belum terbukti. Bahkan beberapa kasus arthritis rheumatoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stress yang berat, seperti tiba-tiba
kehilangansuami atau istri, kehilangan seluruh harta benda dalam suatu
musibah,kehilangan satu-satunya anak yang disayangi, dan sebagainya.
Yangmerupakan faktor resiko arthritis rheumatoid adalah faktor
genetik,lingkungan, hormonal, dan infeksi.(Iskandar Junaidi, 20013)
Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab dari rematik,
sebagai berikut:
a.
Obesitas atau
kegemukan beresiko tinggi terserang reumatik, terutama mereka yang gemuk
setelah berusia 50 tahun dan waktu mudanya berbadan kurus.
b.
Perilaku hidup
yang tidak sehat seperti: merokok, mengkonsumsi akohol,kurang berolahraga,
kurang istirahat
c.
Pola makan yang
tinggi lemak,tinggi protein, kacang-kacangan
d.
Pernah
mengalami trauma berat pada lutut ampai terjadi pembengkakan atau berdarah,
seperti pada olahragawan.
e.
Infeksi
f.
Pekerjaan
h.
Kelenjar/hormone
i.
Faktor usia
j.
Psikologis
k.
Faktor genetik
(Iskandar Junaidi, 2013)
3.
Tanda dan Gejala
a.
Setempat
1)
Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas
2)
Lambat laun membengkak,panas,merah dan lemah
3)
Perubahan bentuk tangan,jari tangan sperti leher
angsa,deviasi ulna
4)
Semua sendi dapat terserang ( panggul,lutut,pergelangan
tangan,siku,bahu,rahang)
b.
Sistemik
1)
Mudah capek,lemah dan lesu
2)
Demam
3)
Takikardia
4)
Berat badan turun
5)
Anemia
(Suratun,2008)
Secara garis besar,gejala penyakit rematik terdiri dari:
a. Artralgia,
yaitu gejala yang hanya ditemukan pada sendi,berupa pegal linu,tanpa gejala
lainnya.gejala pegal-pegal ini biasa ditemukan pada penyakit lupus atau rematik
akibat autoimun
b. Atritis
atau radang pada sendi. Gejala peraadangan atritis cenderung lengkap yaitu:
terjadi pembengkakan, muncul kemerahan dikulit,terasa nyeri dan panas pada
sendi yang terserang dan biasanya, sendi menjadi sulit untuk digerakkan
c. Nyeri
sendi dengan tanda radang yaitu tidak lengkap (atropik).misalnya, terjadi
pembengkakan pada tulang, bukan pada jaringan lunak. Atau, terjadi pembengkakan
tulang yang diikuti dengan gangguan fungsi tulang, tetapi tidak muncul
kemerahan di kulit atau rasa panas. Nyeri sendi dialami oleh penderita kanker,
terutama kanker darah.
(Iskandar,junaidi.2013)
4.
Klasifikasi arthritis rematoid
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis
menjadi 4 tipe, yaitu:
a.
Rheumatoid
arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b.
Rheumatoid
arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
c.
Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
d.
Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
sedikit dalam waktu 3 bulan.
5.
Manifestasi klinik
Arthritis Reumatoid
Jika pasien
arthritis rheumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit ini akan berkembang
menjadi empat tahap :
a.
Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane
synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang
bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
b.
Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau
tulangrawan dapat dilihat. Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi
tidak ada deformitas sendi.
c.
Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus,
sehingga mengurangi gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran
tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan
kartilago dan tulang.
d.
Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis
tulang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi
otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medulla-nodula mungkin
terjadi.
Pada lansia arthritis rheumatoid dapat digolongkan ke
dalam tiga kelompok, yaitu:
a.
Kelompok 1
Arthritis
rheumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar
terlihat. Terdapat faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering
terjadi. Penyakit dalam kelompok ini
dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progesif.
b.
Kelompok 2
Termasuk ke dalam
klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk arthritis rheumatoid karena mereka
mempunyai radang sinotivis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan
pergelangan tangan dan sendi sendi jari.
c.
Kelompok 3
Sinotivis
terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul. Awalnya
mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari. Pergelangan tangan
pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan
kekuatan genggaman, dan sindrom karpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu
penyakit yang dapat sembuh sendiri yang
dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau
agens anti inflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
(Stanley,2006)
6.
Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi
autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot Inflamasi mula-mula mengenai
sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago
menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat
luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis
berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya
serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya
tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus.
(Smeltzer & Bare, 2002).
7.
Komplikasi Arthritis
Reumatoid
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis rheumatoid.
Komlikasi saraf
yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat
lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.(Kumar,2007)
8.
Penatalaksanaan
arthitris reumatoid
Tujuan utama terapi adalah:
a.
Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b.
memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
c.
Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Panas
4) Pengobatan
a) Aspirin (anti nyeri)dosis antara
8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg
per 100 ml
b) Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapiàkolin dan asetamenofen obat
c) Obat mengatasiàanti malaria (hidroksiklorokuin,
klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.
d) Garam emas
e) Kortikosteroid
5) Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang
berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif
dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a) Sinovektomi, untuk mencegah
artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk
mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b) Arthrotomi, yaitu dengan membuka
persendian.
c) Arthrodesis, sering dilaksanakan
pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d) Arthroplasty, pembedahan dengan
cara membuat kembali dataran pada persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian
salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis
terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun
analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut
resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan
sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang
optimal (Smeltzer & Bare, 2002)
Kecenderungan yang terdapat dalam
penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih
agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian
gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama
awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak
terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan air hangat bila
mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah
bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap
stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,
terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur. (Smeltzer & Bare,
2002).
No comments:
Post a Comment