laporan pendahuluan materi katarak lengkap terbaru
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000: 62)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk,
2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak)
yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat
timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan
progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana
lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang
dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).
Berbagai macam hal yang dapat
mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat
trauma/cedera pada mata.
2. Katarak
sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor
genetik (Admin,2009).
C.
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan
katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari
Gejala
objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil
akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.
Gejala umum
gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala
lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
Berdasarkan garis besar katarak
dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan
degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma
pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi
tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada
lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi
dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang
di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang
terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah
usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang
terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakan proses
degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal)
kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan
yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang
jernih
3) Katarak matur
: Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan
oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak
hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan dalam
serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh
kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya
proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV,
obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa
tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka
dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi
: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk
fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan
katarak.
G.
Penatalaksanaan
1.Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua
macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa
fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru
pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat
ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
Setelah zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian
diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena
lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang
baik, namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat
benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung.
memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang
terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata
apakia. Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi
mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa
kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena
kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan
kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah
diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan
ukuran normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95 % IOL di
pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior
di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul
posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
H.
Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
No comments:
Post a Comment