Monday, June 22, 2015

penyakit tonsilofaringitis

penyakit tonsilo faringitis

Bab II
Tinjauan Pustaka


A.    Pengertian
Tonsilofaringitsadalah peradangan pada tongsil dan faring yang masih bersifat ringan radang faring pada anak hampir selalu melibatakan organ disekitarnya sehinggga infeksi pada faring biasanya juga mengenal tongsil. Sehingga disebut sebagai tongsilofaringitis akut (Suriadi, 2004)
Tonsilitisadalah suatu peradangan padahasil tonsil (amandel), yang sangatseringditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2005).
B.    Penyebab
Menurut Suriadi (2004) Penyebab tonsilofaringitis bermacam-macam, yakni sebagai berikut :
1.    Streptokokus pyogenesis
     Bakteri gram psotif bentuk pudar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus gram A penyakit  penting manusia berkisar  dari infeksi  khasnya bermula ditenggorokan dan kulit.
2.    Streptokokus viridians
     Kelompok besar bakteri streptokokuskomensial yang baik a-hemolitik, mengahasilkan warna hijau pekat pada darah.
3.    Streptokukus Beta Hemalitikus
     Bakateri gram positif yang dapat berkembang baik tenggorakan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
4.    Virus influenza
Virus RNA dari family orthomyxo viridae (virus influenza).Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia.
C.   Tanda dan gejala
            Menurut Megantara, Imam (2006) tanda dan gejala tonsilofaringitis berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Tanda dan gejala tonsilo faringitis yang lain sebagai berikut :
1.    Edema faring
2.    Faring hiperemis
3.    Kelenjar limfa leher membeka
4.    Anoreksia
5.    Mual
6.    Muntah
7.    Demam
8.    Sulit menelan 
9.    Nyeri telan
10.  Nyeri tenggorokan
11.  Mulut berbau
12.  Malaise
13.  Otalgia (sakit telingga)
14.  Pembesaran tonsil
15.  Tonsil hyperemia
D.   Patofisiologi
Menurut Iskandar N (2005), patofisiologi tonsillitis merupakan terjadi karena bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas. Dan akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ditelingga.










E.    Pathways
Bakteri

Bakteri (pyogenesis, viridians, beta hematikus dan influenza)

Masuk dalam tubuh melewati saluran nafas bagian atas

Infeksi pada faring

Menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil

Menyebabkan proses infamasi
 



Hipertemi
Tenggorakan               Tonsil membesar

Nyeri akut

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Nyeri dan demam


Resiko kekurangan volume cairan
 






F.    Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (2005), yaitu :
1.    Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
2.    Otitis media akut
            Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitismedia yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
3.    Mastoiditis akut
            Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
G.   Penatalaksanaan
Menurut Firman S, (2006) penatalaksanan tonsillitis sebagai berikut:
1.    Penatalaksanaan tonsilitis akut
a.    Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
b.    Antibiotik yang adekuat untukmencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangiedema pada laring dan obat simptomatik.
c.    Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
d.    Pemberian antipiretik.
2.    Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a.    Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b.    Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.
3.    Penatalaksanaan dengan cara perawatan
a.    Kompres dengan air hangat
b.    Istirahat yang cukup
c.    Pemberian cairan yang adekuat, perbanyak minum hangat
d.    Kumur dengan air hangat
e.    Pemeberian diet cair atau lunak sesuai kondisi pasien.
H.   Pengkajian fokus
1.    Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2.    riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
3.    Riwayat Kesehatan Lalu
riwayat kelahiran
4.    Riwayat Imunisasi
penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
5.    pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
6.    Pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
7.    Nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
8.    Aktifitas / Istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
9.    Keamanan / Kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi
I.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2009-2011), diagnosa tonsilofaringitis terdapat 4, anatara lain:
1.    Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran tonsil.
2.    Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan.
3.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil.
4.    Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan serta mengabsorsi zat-zat gizi.
J.    Intervensi keperawatan
1.    Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran tonsil.
Batas karakteristik :
a.    Laporan secara verbal atau non verbal
b.    Fakta dari observasi
c.    Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
d.    Gerakan melindungi
e.    Tingkah laku berhati-hati
f.     Muka topeng
g.    Gangguan tidur (mata sayu, tampak capak, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
h.    Terfokus pada diri sendiri
i.      Fokus menyempit penurunan persepsi waktu kerusakan proses berpikir, penurunan dengan orang lain dan lingkungan)
j.      Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
k.    Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dilatasi pupil).
l.      Perubahan autonomic dalam tonus (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
m.   Tingkah laku ekspresif contoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang / berkeluh kesah.
n.    Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang dengan
Kriteria hasil :
a.    Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang (menunjukan ekspresi wajah rileks)
b.    Pasien melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
c.    Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi untuk  mengurangi nyeri.
Intervensi :
a.    Pantau nyeri pasien (skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
Rasional : untuk mengetahui skla nyeri pasien.
b.    Kaji tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien.
c.    Berikan posisi yang nyaman
Rasional : untuk memberikan posisi yang nyaman.
d.    Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
Rasional : untuk mngalihkan rasa nyeri.
e.    Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
Rasional : untuk mengalihkan rasa nyeri.
f.     Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mempercepat penyembuhan.
2.    Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan.
Batas Karakteristik :
a.    Kelemahan
b.    Haus
c.    Penurunan turgor kulit
d.    Membran mucus/kulit kering
e.    tekanan darah menurun,tekanan nadi menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 X 24  jam volume cairan dan elektrolit adekuat / seimbang.
Kriteria hasil :
a.    Tekanan darah dalam batas normal
b.    Membran mukosa lembab
c.    Turgor kulit normal
d.    Berat badan stabil dan dalam batas normal
e.    Kelopak mata tidak cekung
f.     Urin out put normal
g.    Tidak demam
h.    tidak ada rasa haus yang sangat
Intervensi :
a.    Tentukan faktor resiko yang meyebabkan
Rasional :mengidentifikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan.
b.    Menimbang berat badan
Rasional : untuk mengetahui berat badan yang ideal.
c.    Monitor tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
d.    Monitor intake dan output
Rasional : untuk mengetahui intake dan output apakah normal apa tidak.
e.    Periksa serum, elektrolit.
Rasional :mengidentifikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan.
f.     Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan   rasa  haus
Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien dan seberapa tinggat dehidrasi.
g.    Berikan obat sesuai dengan advis dokter.
Rasional : untuk mempercepat penyembuhan.
3.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Batasan karakteristik :
a.    Suhu tubuh tinggi, 38 - 40 derajat
b.    Kejang
c.    Respirasi meningkat
d.    Diraba hangat dan Kulit memerah
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan 2 x 24 jam suhu badan pasien normal.
Kriteria hasil :
a.    Suhu badan 35,9°C-37,7°C
b.    Tidak ada sakit kepala
c.    Tidak ada nyeri otot
d.    Tidak ada perubahan warna kulit
e.    Nadi, respirasi dalam batas normal.
f.     Pasien menyatakan nyaman (tidak rewel)
g.    Tidak menggigil
Intervensi :
a.    Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak.
Rasional : untuk mengetahui derajat suhu tubuh anak, tinggi apa tidak.
b.    Pantau suhu lingkungan
Rasional ; untuk mempertahankan suhu lingkungan.
c.    Berikan kompres hangat
Rasional : untuk menurukan suhu tubuh pasien.
d.    Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
Rasional : untuk mencegah terjadinya hidrasi.
e.    Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh.
4.    Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan serta mengabsorsi zat-zat gizi.
Karakteristik :
a.    Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal
b.    Membrana mukosa dan konjungtiva pucat
c.    Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah.
d.    Luka, inflamasi pada rongga mulut
e.    Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan.
f.     Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
g.    Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
h.    Kehilangan BB dengan makanan cukup
i.      Kurang berminat terhadap makanan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan ke-perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan.
Kriteria hasil :
a.    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.    Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.    Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
e.    Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
f.     Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.



Intervensi :
a.    Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui seberapa besar terjadinya perubahan nutrisi.
b.    Timbang berat badan tiap hari.
Rasional ; untuk mengetahui berat badan ideal.
c.    Berikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : untuk memperbaiki nutrisi.
d.    Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering sajikan makanan dalam bentuk yang menarik.
Rasional : untuk menarik nafsu makan anak.
e.    Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan.
Rasional : untuk memperbaiki nutrisi anak.

No comments:

Post a Comment