Tuesday, June 23, 2015

materi perkuliahan tentang tetanus terlengkap

materi perkuliahan tentang tetanus terlengkap


Tetanus neonatorum adalah suatu bentuk klinis tetanus infeksius yang berat dan terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir, disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan  perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis atau kekurangan imunisasi maternal.
Definisi tetanus sendiri adalah gangguan neurologis akut yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
 Tetanus memiliki 4 bentuk klinis yaitu tetanus generalized, tetanus localized, tetanus cephalic dan tetanus neonatorum.
 Pada referensi lain diterangkan bahwa tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani.
 Sedangkan definisi neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Amal Bahrum Penas on Feb 16, 2014)

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi neorutoksin (tetanospasmin) yang dihasilkanbakteri Clostridium tetani pada masa neonatal. Umumnya infeksi terjadi akibat proses partusdan penanganan tali pusat yang kurang steril. Penyakit ini khususnya terjadi pada bayidengan ibu yang belum mendapatkan imunisasi tetanus sebelumnya Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier berhasil mengisolasi bakteri Clostridium tetani yang hidup bebas dan pada tahun 1889 Kitasato Shibasaburo berhasil mengisolasi bakteri inidari manusia. Vaksin tetanus (Tetanus toxoid) pertama kali pada tahun 1924 oleh Pdescombey .

Secara umumtanda dan gejala yang akan muncul:
  1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus)
  2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
    1. Otot leher
    2. Otot dada
    3. Merambat ke otot perut
    4. Otot lengan dan paha
    5. Otot punggung, seringnya epistotonus
  1. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
  2. Iritabilitas
  3. Demam
Gejala penyerta lainnya:
  1. Keringat berlebihan
  2. Sakit menelan
  3. Spasme tangan dan kaki
  4. Produksi air liur
  5. BAB dan BAK tidak terkontrol
  6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
Berdasarkan tipe tetanus
1.      Tetanus local
a.       Kekakuan sekelompok otot yang dekatdengan invasi kuman
b.      Nyeri terus menerus, unyreling → awalkelainan general
c.       anti toksin yang beredar tidak cukupmenetralkan toksin yang menumpuk di sekitar tempat masuk
d.      Dapat berlangsung beberapa minggu ataubulan → hilang tanpa bekas
e.       Tetanus ringan, kematian 1%
2.      Tetanus sefalik
a.       Port d’entre di kepala, leher, mata,telinga atau (jarang) pasca tonsilektomi
b.      Inkubasi 1-21 hari
c.       Kelumpuhan saraf II (optikus), IV(troklearis), VII (fasialis), IX (glosofaringeus), X (S. vagus), XI(hipoglosus), sendiri atau kombinasi
d.      Prognosis jelek
e.       Tetanus generalisata
f.       Port d’entri: luka tusuk dalam,furunkulosis, cabut gigi, embedded splinter, ulkus dekubiti, tusukan jarumtidak steril, fraktura komplikata yang menjadi supuratif
g.      mengenai seluruh otot skelet
h.      Tanda: irritable, trismus (kekakuanotot wajah) → muka meringis, sulit menelan, kaku kuduk, otot punggung→epistotonus (punggung melengkung) dengan lengan fleksi dan abduksi, kaku ototabdomen, disfagia, fotofobia
i.        Kejanggeneralisata mudah timbul dengan pacu ringan seperti :sentuhan angina, suara, cahayaterang, hentakan tempat tidur, rabaan
j.        ujilaboratorium tidak mempunyai peran diagnostic
(Majene, 10 Mei2013)

B.       PATOFISIOLOGI tetnus
Dalam kondisi normal, sistem muskuloskeletal akan bereaksi sesuai dengan sinyal(aktif potensial) yang berasal dari neuron-neuron (eksitatorik dan inhibitorik). Sel-sel neuronakan bereaksi terhadap suatu sinyal dengan menghasilkan neurotransmitter dan dikeluarkanmenggunakan suatu protein membrane (synaptobrevin) menuju saraf motorik.Neurotransmiter tersebut kemudian menyampaikan sinyal tersebut dan saraf motorik akanmerangsang serat otot untuk bereaksi.
Pada kontraksi otot skeletal, neuron eksitatorik akan mengeluarkan neurotransmiter (cth: Asetilkolin) untuk menyampaikan sinyal eksitatorik ke motor neuron yang merangsangotot untuk berkontraksi, sementara itu neuron inhibitorik juga akan menghasilkanneurotransmitter (cth: GABA) untuk membatasi dan memodulasi kontraksi yang terjadi, dimana pada saat satu bagian otot berkontraksi, pada saat bersamaan terdapat otot lain yangrelaksasi (antagonis refleks).
Infeksi Clostridium tetani menyebabkan neuron inhibitorik gagal mengeluarkan neurotransmitter inhibitori, sehingga kontraksi yang terjadi tidak diimbangi dengan inhibisi otot yang lain. Akibatnya baik otot agonis maupun antagonismengalami kontraksi dan tidak terkontrol sehingga terjadi spasme otot yang menjadigambaaran khas pada tetanus.
Clostridium tetani menghasilkan endospora yang membutuhkan kondisi anaerobik untuk dapat berkembang. Jaringan yang nekrosis atau mengalami infeksi merupakan lokasiyang sangat mendukung bagi tumbuhnya bakteri ini.
Bakteri ini biasanya masuk ke situsluka dan setelah melalui proses germinasi (berkisar antara 3-21 hari), bakteri ini akanmenghasilkan 2 jenis exotoxin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Tetanolisin yangdihasilkan oleh Clostridium tetani bersifat sitolisin, dan mengawali infeksi bakteri ini denganmerusak jaringan-jaringan yang belum nekrosis dan mengoptimalkan suasana anaerob yangterbentuk pada situs luka.
Tetanospasmin sebagai neurotoksin kemudian menjadi agenpenyebab munculnya berbagai gejala klinis pada tetanus. Tetanospasmin merupakan suatu neurotoksin yang berbentuk rantai polipeptidaganda. Rantai polipeptida ini terdiri atas sebuah rantai polipeptida berat(100000 Da) dan 1rantai polipeptida ringan(50.000 Da). Ke dua rantai tersebut dihubungkan oleh suatujembatan disulfida.
Rantai polipeptida ringan (mengandung zinc metalloprotease) akanberikatan dengan neuromuscular junction sedangkan rantai polipeptida berat (mengandungsuatu amino terminus yang berfungsi untuk memberi sinyal kepada sel) menyebabkantetanospasmin dapat masuk ke dalam akson.
Tetanospasmin kemudian masuk ke dalam selhingga mencapai sistem saraf pusat secara intra-aksonal. Setelah mencapai daerah intrasel,tetanospasmin dapat berdifusi keluar dari sel dan berikatan dengan reseptor interneuroninhibitorik (pada medulla spinalis). Tetanospasmin akan diendositosis ke dalam selintraneuron inhibitorik. (Marco Handoko on Mar 27, 2011)

No comments:

Post a Comment