Thursday, June 25, 2015

materi komplit DBD/demam berdarah

materi komplit DBD/demam berdarah


TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Demamberdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorragic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ( Kristina, Isminah,  W Leny,  2005).
DengueHemorragic Fever ( DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypi betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (DBD) (Hidayat,2006).
Jadi DHF merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti serta ditularkan oleh vrus dengue yang berciri-ciri demam,  manifestasi  perdarahan dan mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.

Dengue Haemorragic fever  (DHF) disebabkan oleh virus Dengue dan jenis arbovirus yang dibawa oleh nyamuk aedes Aegepty dan Aedes Albopictus sebagai vektor  kemudian masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut ( Hidayat, 2006).
Perlu diingat bahwa Dengue Haemorragic Fever (DHF ) hanya merupakan salah satu jenis infeksi virus yang menyebabkan perdarahan. Virus Dengue memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk.Tubuh pasien membentuk kekebalan terhadap penderita. Jika pasien diserang untuk kedua kalinya tidak akan mengalami kesulitan kecuali jika yang menyerang kedua kali / lebih tersebut jenis virus yang berbeda akan menimbulkan reaksi immunologik dalam tubuh, Reaksi immunologik ini mengakibatkan komplikasi yang ditakuti adalah perdarahan saluran pencernaan dan shock (Ngatiyah, 2005).


C.    Manifestasi  Klinik
Gejala klinik untuk DHF ( menurut WHO) (dalam Ngatiyah,2005):
1.   Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas)
2.   Manifestasi perdarahan tanpa bintik –bintik merah pada kulit (ptekie)
3.   Pembesaran Hematomegali
4.   Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat yang disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20mmHg atau kurang) disertai kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah , timbul sianosis disekitar mulut.

D.    Patofisiologi
Virus masuk melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus infeksi pertama kali dapat menimbulkan gejala sebagai demam Dengue.Demam dengue terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi Dengue pertama kali, kemudian mendapatkan infeksi berulang dan virus Dengue lainnya. Virus yang masuk kedalam tubuh manusia akan menimbulkan reaksi  viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemi tenggorokan, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, pembesaran kelenjar getah bening, Hepatomegali dan Spinomegali.
Selain itu ditemukan juga Hematomegali akibat pembesaran cairan dari ruang intraveskuler.Pada permulaan demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi, hati juga teraba. Bila terjadi peningkatan dari hematomegali dan hati teraba kenyal, harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita ( Djunaedi,2006).
Virus yang masuk kedalam tubuh manusia akan beraplikasi Dinotis slimpatikum regional dan menyebar kejaringan lain terutamake system retikulo ndoterial dan kulit secara bionkogen maupun hematogen, kemudian tubuh akan membentuk kompleks virus antibodi  dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktifasi system komplemen yang akan melepas Anophilotosin C3a dan C5a. anaphilotosin C3a dan C5A akan melepas histamine yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endoten dinding tersebut sehingga akan terjadi kebocoran plasma, hipotensi, hemakonsentrasi, hiponatriemia serta infuse dan renjatan atau syok.
Timbulnya agregasi trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system retikula endotelia dengan akibat Trombositopenia terhebat dan perdarahan pada keadaan agregasi  tersebut akan melepaskan aminfaso  aktif (histamine dan sitokinin) yang bersifat meninggalkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor-faktor  yang menyebabkan koagulasi intravaskuler. Pada kasus DHF trombosit akan menurun pada saat suhu turun yaitu setelah dari sakit ketiga penurunan jumlah trombosit < 100.000 / mm³ atau kurang dari 1-2 trombosit / pandngan besar (Ipb) dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 Idp, pada umumnya terjad sebelum terdapat peningkatan hematocrit, yaitu sebelum suhu turun. Peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 30% menjadi 42%) menggambarkan pembesaran plasma (FKUI,2005).
Perdarahan yang terdapat pada Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh terjadinya trombositopeni yang hebat disertai oleh gangguan fungsi trombosit dan terjadinya defisiensi dari faktor – faktor I, II, V,VII, IX, dan factor X. perdarahan terjadi pada berbagai tempat misalnya, didalam usus halus, lambung, kulit, hati, paru jantung, dan jaringan lunak.
Terjadi aktivitas faktor hagemen (XII) mengakibatkan pembekuan intaveskuler yang meluas. Dalam pross pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degeneration produk dan juga akan merangsang system kinin yang dalam proses peningkatan permeabilitas dingin pembuluh darah.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan hipovolemi akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat barakibat ammoksia dan asidosis metabolik dan kematian ( Syaifullah,2004)

E.     Klasifikasi
Klasifikasi DHF ada 4 derajat (suroso, 2004) yaitu :
1.      Derajat
Demam disertai gejala klinis atau pendarahan spontan, uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2.      Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan dibawa kulit seperti ptakie, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
3.      Derajat III
Manifestasi klinis pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi cepat dan lemah, hipotensi, dengan kulit yang lembab, dingin, dan penderita gelisah.
4.       Derajat IV
Manifestasi klinis pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi  renjatan yang berat dengan ditandai dengan tensi tak terukur dan nadi tak raba.

F.     Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF ( Hadinegoro, 2006) adalah :
1.      Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit koagulopati dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoritrosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.Pendarahan dapat dilihat pada uji tourniquet positif, ptakie, saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2.      Kegagalan sirkulasi
Dss ( Dengue syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairn serosa ke rongga pleura dan peritonium , hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolomi, yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penueunan perfusi organ.
Dss juga disertai kegagalan hemeostatis yang mngakibatkan aktivitas dab integritas system kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun, Sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadinya kerusakan sel darah organ sehingga pasien akan meninggalkan dalam waku 12-24jam.
3.      Hepoatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena pendarahan yang terjadi pada lobus hati dan sel-sel kapiler.Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4.      Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstasi cairan intravaskuler sel. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dyspnea.

Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suprtif. Menurut Ngastiyah 2005:
1.      DHF tanpa renjatan
a.       Tirah baring
b.      Pemberian makanan lunak
c.       Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan dehidrasi, maka pasien diberikan banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24jam dapat diberikan the manis, susu dan bila mau berikan oralit.
d.      Kompres air hangat
e.       Pemberian cairan intravena Ringer Lactate dan NaCl
f.       Jika kejang dapat diberikan Diazepam (kolaborasi dengan tim medis)
g.      Beri infus NaCl 0,09%, glukosa 10% jika pasien muntah terus dan Hematokrit terus meningkat.
h.      Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nasi, tensi, pernafasan).
Jika kondisi pasien memburuk observasi ketat 3jam.
i.        Periksa HB,HT, dan trombosit setiap hari, untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang mengalami pasien dan untuk pacuan melakukan tindakan lebih lanjut terhadap pendarahan tersebut.
j.        Pemberian antipiretik, sebainya dari gologan Asetaminofen, Eukinin, atau Dipiron ( kolaborasi dengan dokter).
k.      Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
l.        Pemberian antibiotik bila terdapat kekawatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter) seperti Ciprofloxacin
m.    Monitor tanda-tanda dini shock meliputi keadaan umum perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laborat yang memburuk
2.      DHF disertai Renjatan
Pasien yang mengalami renjatan harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.Bila perlu berikan tranfusi darah pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.

No comments:

Post a Comment